Tiny things that sting

Minggu, 02 Februari 2020


             Awalnya biasa seperti malam pada umumnya, seketika merasa tercekat hanya karena pesan-pesan singkat. Bukan ditujukan dan tidak ada hubungannya denganku tapi menusuk apa yang kusebut insekuritas. Temanku tidak salah, aku yang bermasalah dengan tidak terkendalinya dugaan yang sering berujung pada absurdnya kesimpulan.       
           Berbaring aku menatap langit-langit, mencoba menelusuri darimana semua  ini berawal. Inilah hal yang tidak pernah benar-benar hilang, padahal aku tidak lagi terpinggirkan. Aku rasa itulah mengapa kita dianjurkan berkata yang baik atau diam, karena jahatnya lisan memang bisa sedestruktif itu. Kata-kata yang kuyakin tidak mereka ingat lagi nyatanya bercokol selamanya di belakang kepalaku, menempel di alam bawah sadarku, memengaruhi caraku membentuk diri sendiri. Apa aku tidak berhak, apa aku tidak layak itulah yang diam-diam selalu berkecamuk di kepalaku setiap kali.
            Aku mengerti aku harus berhenti, meski berhenti tidak semudah berdiri. Sampai menit ini aku sadar aku belum sepenuhnya sembuh, tapi aku tidak menyerah, aku tahu perasaan ini yang harus kalah, belasan tahun aku melangkah, aku yakin pada saatnya nanti akulah yang tersenyum bungah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS